Merasa Sudah Difitnah, Mantan Anak Buah SBY Lapor Polisi

Merasa Sudah Difitnah, Mantan Anak Buah SBY Lapor Polisi - Mantan staf khusus Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Andi Arief, melaporkan balik Ketua Kelompok Relawan Kotak Adja (Komunitas Muda Ahok Djarot), Muanas Alaidid dan tiga rekannya ke Polda Metro Jaya, Kamis (15/12) sore.

Laporan tersebut berkaitan dengan kicauan pelapor lewat akun Twitter pribadinya @AndiArief_AA pada 2 Desember 2016, yang diduga dimanipuasi terlapor.

“Sebetulnya saya tidak mau lapor balik kalau tuntutannya biasa. Tapi, mereka (terlapor) merekayasa tweet saya,” ungkap Andi kepada wartawan di Jakarta, Kamis (15/12/2016).

Menurut Andi, dirinya tidak tidak pernah menulis di Twitter, seperti yang dituduhkan terlapor dalam laporan sebelumnya. Pasalnya, tweet yang dilaporkan Kotak Adja berkaitan dengan sosok Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang sedang menjalani proses hukum atas kasus dugaan penistaan agama.

“Tweet saya tanggal 2 Desember itu ada sembilan kali, dari subuh sampai sore. Isinya terkait apresiasi Presiden Jokowi yang turun merakyat. Tidak ada soal Ahok,” paparnya.

Didampingi dua kuasa hukumnya, Mbalembout dan Jansen Sitindaon, Andi menjerat Muanas dengan pasal pencemaran nama baik yang menyerang kehormaran dan atau manipulasi data melalui media elektronik.

Selain Muanas, tiga rekannya yang juga ikut dilaporkan adalah Edy Maryataman Lubis, Guntur Romly dan Andi Windo.

Para terlapor, terancam pasal 310 KUHP jo pasal 27 ayat 3 dan atau pasal 35 Undang-undang RI nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dengan ancaman pidana maksimal 12 tahun penjara.

Sebelumnya, Andi dilaporkan Muanas terkait dugaan pidana penyebaran kebencian dan permusuhan bernada suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Sesuai dengan pasal jeratan Pasal 48 ayat 2 jo pasal 28 ayat 2 Undang-undang RI Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE.

Dugaan mengacu pada unggahan Andi melalui akun twitter @AndiArief_AA tanggal 2 Desember pukul 10.39 WIB yang berisi: “Ahok jangan rusak damai dan persatuan yang sudah baik. Kita tidak ingin pembakaran kampung-kampung Tionghoa, tidak ingin ada yang diperkosa, dan lain-lain.”